Selamat membaca dan menyimak sampai akhir
Dompu, Info Bima - Paslon 01 (BBF-DJ) : Secara performa, jauh lebih baik dari pada Debat Pertama, antara Cabup dan Cawabup dapat berkolaborasi dan membagi waktu dengan baik (tidak di dominasi oleh salah satunya), kemudian kontrol emosi juga jauh lebih baik dan santun dari debat pertama.
Argumen disampaikan secara improve yang tidak hanya fokus membaca catatan namun tertata, lugas dan terarah. jawaban yang diberikan tepat pada topik dan pertanyaan yang diberikan, menggunakan data dan Pasal terkait sebagai pendukung argumen.
Namun ada beberapa argumen yang bersifat normatif dan asumtif, kemudian juga terdapat satu jawaban yang miss dengan pertanyaan, yaitu pada sub topik Pelayanan Publik yang berkaitan dengan rasio ketersediaan dokter umum dengan jumlah masyarakat, jawabannya lebih terarah pada ketersediaan dokter spesialis, yang dimana hal tersebut kurang relevan dengan pertanyaan, harusnya lebih tepat yaitu bagaimana upaya yg dapat meningkatkan ketersediaan dokter umum di Dompu untuk mencapai standar rasio, misal dengan menyediakan beasiswa, dll.
Tapi selebihnya, Paslon 01 dapat mencounter jawaban dan tanggapan Paslon 02 dengan tepat dan tegas meski tanpa bantuan catatan.
Paslon 02 (AKJ-SYAH) : Secara performa juga jauh lebih baik dari Debat Pertama, kontrol emosi dan manajemen waktu juga lebih baik dari debat pertama, namun Cabub lebih mendominasi dari Cawabup (pembagian yang kurang merata).
Kemudian argumen disampaikan lebih tearah dan tertata juga disajikan dengan data dan prestasi selama kepemimpinannya, namun dibalik itu terdapat tumpukan kertas yang telah disediakan sebagai alat bantu mengomunikasikan argumennya, dimana sejak awal segmen menjawab pertanyaan dari Panelis hingga sesi tersebut brakhir, Cabup paslon 02 dengan fokus membaca catatan, dan isi yang dibaca dalam catatan tersebut relevan dengan setiap soal yang dilontarkan (ini dengan sadar mengonfirmasi bahwa ada indikasi keterlibatan penyelenggara atas adanya catatan berupa jawaban dari pertanyaan tersebut), namun penulis tidak menyentuh hal itu terlalu jauh (biarkan publik yang menilai).
Fokus kembali keanalisa performa dari Paslon 02, sewalaupun dibantu dengan setumpukan catatan, namun masih banyak argumen-argumentasi yang miss, baik pada saat menjawab pertanyaan maupun saat mencounter dari jawaban Paslon 01, salah satu contoh saat dipertanyakan mengenai Good Gofernance, jawabannya lebih terarah pada pelayanan publik, yang tentunya hal ini berbeda sewalaupun punya korelasi.
Kemudian saat Cawabup 02 menanggapi atas jawaban 01 yang berkaitan dengan Upaya pencegahan Korupsi, harusnya jawaban 01 sudah tepat yaitu bagaimana pencegahan itu mulai dengan membentuk integritas diri sendiri (selaku Pemimpin), namun oleh Cawabub 02 menyalahkan jawaban tersebut dianggapnya tidak relevan, ini menunjukan bahwa Paslon 02 gagal memahami istilah “diri sendiri” sebagaimana yang disampaikan oleh Paslon 01.
Conclution : Dari Debat Pertama dan Debat Kedua, kita sebagai pemilih setidaknya punya referensi bagaimana melihat integritas, kualitas serta kapabilitas calon pemimpin yang akan menjdi Pemimpin nantinya.
Kualitas dalam debat menjadi penting sebagai gambaran bagi kita pemilih, bagaimana nantinya ia sebagai pemimpin mampu menyelesaikan problem solving yang akan dihadapi selama pemerintahannya, bagaimana kapabilitasnya dalam manajemen masalah dan mengelola pemerintahan, serta bagaimana kemampuan lobbying and negosiation untuk mennghadirkan investor maupun menjemput program dan agenda-agenda nasional di daerahnya.
*Note : Tulisan ini berdasarkan pada fakta lapangan saat Debat berlangsung (tidak bertendensi dengan pihak manapun)*
Penulis: Irnawansyah.(**)